Kontroversi Anak Tangga di Gunung Lawu, Apa pendapat Anda??
Pembangunan anak tanggak di Gunung Lawu, Karanganyar, diharapkan terealisasi pada bulan Agustus 2020. Saat ini, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (DISPRPORA) Karanganyar merampungkan detail engineering design (DED) rencana pembangunan tangga Gunung Lawu.
Anak tangga sepanjang tujuh kilometer tersebut diharapkan bisa mengakomodasi masyarakat umum untuk menikmati keindahan Gunung Lawu. Kepala Disparpora Karanganyar, Titis Sri Jawoto, menjelaskan pembangunan anak tangga Gunung Lawu tidak menggunakan APBD, melainkan bantuan dari Corporate Social Responsibility (CSR). Terkait dana yang masuk, pihaknya belum bisa menjelaskan detailnya lantaran masih akan ditawarkan. Namun, dia berharap realisasi pembangunan anak tangga di Gunung Lawu secara bertahap bisa dimulai pada bulan Agustus 2020. Untuk DED-nya tangga Gunung Lawu sudah ada. Itu nanti CSR dananya karena memang itu aset perhutani, jadi Pemkab Karanganyar tidak bisa membangun di situ (Gunung Lawu), kami buatkan desainnya, kami dorong juga para pemerhati wisata dan lingkungan yang menginginkan lawu lestari, terangnya kepada Solopos.com, Senin (20/01/2020). Rencananya tangga Gunung Lawu akan dibangun di lokasi pendakian via Cemoro Kandang dan tidak membuka jalur baru. Pembangunan tangga di Gunung Lawu bertujuan mengakomodasi masyarakat umum yang belum berpengalaman mendaki.
Dengan demikian mereka tetap bisa merasakan sensasi keindahan Gunung Lawu. Nantinya tangga tersebut panjangnya sekitar 6 km hingga 7 km. Keindahan Gunung Lawu itu banyak masyarakat yang belum bisa merasakannya. Karena keterbatasan usia, dan lainnya. Kami harap nanti keberadaan tangga tersebut bisa membantu mengakomodir mereka agar masyarakat umum bisa merasakan juga. Meskipun dibangun tangga, tetapi ada catatan tetap ramah lingkungan dan sustainable tourism, imbuh dia.
Semangat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar di bawah komandi Juliyatmono membangun anak tangga menuju puncak Gunung Lawu bertambah besar. Infrasrtuktur ini dibangun sekaligus untuk mencegah pendaki tersesat atau hilang sebagaimana yang menimpa pendaki asal Magelang, Alvi Kurniawan beberapa waktu silam.
Sebagian kutipan di atas dari redaksi Solopos.com. Pembiatan anak tangga di Gunung Lawu ini mestinya menjadi kontroversi antara pro dan kontra. Semunya mesti melihat dari segi sisi yang berbeda. Jika memang ini nanti menjadi terealisasi maka gunung lawu menjadi gunung ke 3 yang memiliki anak tangga yang panjangnya lebih dari 1 km. Dua gunung sebelumnya adalah Gunung Bromo dan Gunung Galunggung yang memiliki anak tangga untuk mencapai puncaknya.
Berikut adalah untung dan kerugiannya mendaki gunung dengan anak tangga buatan antara lain:
Keuntungan
- Mengurangi resiko tersesat bagi para pendaki karena medan pendakian yang sudah jelas dan tidak bercabang.
- Memperkuat otot kaki
- Menurunkan resiko stroke
- Membakar kalori
- Menyehatkan jantung
- Melawan rasa kemalasan
- Mudah untuk mengevakuasi bila terjadi laka selama pendakian
- Meningkatkan jumlah pengunjung
Kerugian anak tangga di gunung
- Medan menjadi lebih berat baik untuk naik ataupun turun
- Menghilangkan kesan alami saat mendaki
- Biaya pembuatan jalur anak tangga yang mahal
- Mengganggu habitat gunung selama pembangunan anak tangga
- Biaya nasuk pendakian akan menjadi mahal
Pembangunan anak tangga di Gunung Lawu tentunya melihat dari segi baik dan buruknya, semoga dengan dibangunnya anak tangga tersebut bisa mempermudah para pendaki dalam beraktivitas serta pengelola dalam mengembangkan usaha untuk meningkatkan pendapatan wilayah dan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar Gunung Lawu.
Selain itu pihak pengelola supaya lebih bijak dalam mengambil ketegasan dalam pengelolaan basecamp baik Cemoro Kandang, Cemoro Sewu, Candi Cetho dan Jogorogo. Karena menurut pribadi penulis tidak semua orang memilih mendaki dengan anak tangga, jadi biarkan mereka (pengelola basecamp selain Cemoro Kandang) tetap beroprasional demi kelangsungan ekonomi para pengelola.