Asyiknya Mendaki Gunung Slamet Via Dipajaya
Perjalanan kami kala itu hanya ingin mengisi liburan kami di akhir tahun bersama teman-teman pejalan kaki di ketinggian. Kontak per kontak kami menghubungi satu-satu yang berkenan untuk mengisi liburan kami bersama. Terputuskan juga akhirnya tujuan kami yaitu mau berjalan ke Atap nya Jawa Tengah. Kami akhirnya berkumpul di Pemalang di Shelter Penggiat Alam yang di kelola bang Musvero. Malamnya kami numpang istriahat sebelum pagi nya kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Slamet.
Usai sarapan dan mengemas semua perlengkapan, kamipun berangkat menuju ke Gunung Slamet dengan Basecamp Dipajaya. Awal dibukanya basecamp ini kondisi basecamp ini masih tidak terlalu ramai dengan para pendaki. Kamipun singgah di salah satu teman bang Musvero untuk menitipkan motor kami dan untuk menuju ke basecamp kami naik pick up brondol yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumah teman bang Musvero tadi.
Melakukan registrasi kami memulai pendakian pada pukul 13:00 siang. Cuaca saat itu sedikit berkabut tipis, perjalanan kami menyusuri ladang petani hingga kami melewati hutan cemara yang cukup lebat. Jalur pendakian masih masih berrumput rimbun kala itu. Setelah sampai pos 1 kami istirahat sejenak. Kamipun menikmati bekal yang kami bawa untuk mengisi perut kami yang sudah mulai meronta-ronta. Perjalanan kami lanjutkan saat hari mulai gelap dan kebetulan cuaca memang agak mendung kala itu. Sempat turun hujan saat itu, namun belum sempat kami memakai mantol alhamdulillah hujan mulai reda.
Kamipun melanjutkan perjalanan kami dan karena waktu itu adalah awal-awal Pendakian Gunung Slamet dibuka, maka tidak heran jika kita bertemu dengan ribuan pendaki waktu itu. Apalagi ditambah dengan liburan akhir tahun yang rata-rata para pekerja dan pelajar semua mendapatkan jatah libur. Dari catatan pihak basecamp baik dari Bambangan ataupun Dipajaya kurang lebih sebanyak 5000 pendaki hari itu. Kita bisa bayangkan saja hampir semua tempat full tenda para pendaki lain.
Basecamp Dipajaya awal dibuka |
Kamipun sepakat untuk summit pukul 03:00 dini hari. Mengingat kami masih berjalan di 1/4 dari ketinggian gunung Slamet. Perlahan kami bergerak pada pagi itu hingga kami pukul 5 sudah melewati pos 4. Sun rise pun tidak kami dapatkan kecuali awan putih yang menggelayut di langit kala itu. Kami tidak ada rasa kecewa tetap saja di jalan kami cekikikan dan bercanda untuk menghilangkan rasa lelah kami. Memang beban tidak terlalu banyak pada saat summit sehingga perjalanan kamipun sedikit ringan.
Pukul 7 kami sudah melewati pos 9 dimana merupakan batas vegetasi di Gunung Slamet ini. Medan bebatuan sudah mulai kami pijaki. Batuan-batuan baru sisa letusan waktu itu masih berwarna hitam sedikit kekuningan. Sangat terjal dengan kemiringan yang hampir 60-70 derajat. Sedikit rawan tempat ini jika kita tidak hati-hati. Mengingat waktu itu banyak sekali para pendaki kamipun dengan tertib antri dan sabar sambil menikmati perjalanan kami. Sesekali melihat ke arah timur dimana kota-kota sekitar gunung Slamet jelas terlihat. Meski sedikit mendung ini memberikan satu keuntungan kepada kami karena kami juga tidak terlalu kepanasan.
Pukul 08:30 kami sampai di Pos 10 dan ahhhhhhhhhhhhhhhhhh... akhirnya sampai juga ke Atap nya Jawa Tengah. Sujud syukurpun kami lakukan di sana. Saling memberikan selamat kepada teman - teman yang sampai puncak kala itu. Perjalanan kami terhenti di Pos 10 untuk mengisi amunisi dengan bekal kami. Memasak air untuk menyeduh kopi hangat meski kala itu sudah mulai hangat rasanya. Namun tidak salah lah buat kami paling tidak kopi manis itu menambah energi kami. Makan roti ataupun snack yang kami bawapun kita cemil bareng-bareng. Cukup lama kami beristirahat di pos 10 hingga akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke bibir kawah Gunung Slamet.
Sunrise yang malu-malu |