Merapi Part II (Ada Bule di Merapi)
Merbabu dari Merapi |
Pengalaman menapakkan kakiku yang pertama membuat saya benar-benar ketagihan untuk kembali ke Merapi. Selain itu aktivitas di media sosial yang akhirnya menambah bnnyak teman-teman yang memiliki keinginan yang sama untuk menghabiskan sebuah liburan di sebuah gunung yang kemudian mengagendakan untuk janji bertemu di Merapi bersama. Shelter Penggiat Alam merupakan kelompok pecinta alam yang diadministrasi oleh beliau Kang Musvero (Pemalang) menjadikan grup pertama di media sosial yang merencakan tanggal 23 dan 24 Maret untuk bertemu di Pasar Bubrah gunung Merapi.
Berkoordinasi dengan telepon seadanya waktu itu dengan memanfaatkan bonusan menelpon pada sesama kartu GSM, selama H minus seminggu. Ada yang dari Surabaya (Nico), Jakarta (Hery), Bandung, Pemalang (Musvero), Demak (Mr. Adi), Semarang, Cirebon (Afirman K), Wonogiri (Ardi), Solo (Belind Ard), dan beberapa kota lainnya yang jumlahnya waktu itu ada kurang lebih 55 orang,
Pada hari H saya sendiri bersama rombongan dari Demak dan tergabung dengan Semarang berangkat bersama dan bertemu di Undip. Konvoi dengan sepeda motor kami sampai di Basecamp Barameru pada senja hari menjelang waktu maghrib. Indah sangat pemandangan senja kala itu. Di depan nampak Gunung Merbabu yang sangat menawan pemandangan untuk diabadikan. Namun sesampai kami di basecamp ada beberapa teman yang sudah naik terlebih dahulu karena mereka membawa perlengkapan yang cukup memadahi untuk bisa mendirikan tenda di Pasar Bubrah. Sementara kami memutuskan untuk memulai pendakian di pertengahan malam kala itu. Kami tunaikan kewajiban kami untuk sholat maghrib dan isyak sekaligus memohon untuk keselamatan dan cuaca cerah saat pendakian. Dan satu lagi yang tidak lupa adalah semoga ketemu BULE di puncak Merapi nantinya.
Waktu selebihnya sebelum sampai pertengahan malam kami gunakan untuk istirahat, ada yang tiduran, ada yang ngopi, ada yang ngobrol dengan teman-teman baru, dan saya sendiri memilih di dapur menemani simbok yang sedang masak pesanan para pengunjung. Alih-alih bisa mendapatkan api di dapur untuk menghangatkan badan juga hehehehe. Namun akhirnya kantukpun menyerang yang membuat kepalaku tergeletak di dekat dapur. Rasa bodoamat dengan orang lalu lalang tidak membuat kantukku goyah hingga pertengahan malam tiba.
Pukul 00:00 kami bangun dan persiapan untuk naik pada malam itu. Setelah semuanya siap kami berkumpul di depan basecamp untuk berdoa bersama memohon keselamatan sepanjang perjalanan nanti. Dalam rombongan saya ada anak SMP kelas VII (Danar Didik K) dan anak Papua (Yahzu Keizi), Anak SMA (Agus Supratman) yang mereka adalah murid-murid di Bimbel saya kala itu. Perjalanan malam itu terasa berbeda dengan perjalan pertama saat saya ke Merapi. Jumlah yang banyak dengan berbagai tipe orang-orang yang berbeda membuat perjalanan tidak sesuai dengan harapan. Akupun terpisah dari kedua muridku Danar Didik dan Yahzu, mereka beristirahat di Pos 2 di dalam Goa, sementara saya dan Agus melanjutkan perjalanan hingga sampai pasar bubrah pada pukul 04:30 an di dalam Goa yang berkapasitas 6 orang di bawah Watu Gajah. Kamipun masuk dan menunggu hingga menjelang matahari terbit dengan suhu yang cukup dingin pada waktu itu.
Narsis dulu sebelum naik di depan Basecamp Barameru |
Pukul 05:00 an setelah sholat subuh, kami menuju ke Pasar Bubrah untuk bertemu dengan teman-teman dari Shelter Penggiat Alam sambil menunggu sun rise. Sayangnya saat matahari terbit kabutpun turun sehingga tidak bisa mendapat gambar matahari terbit sempurna waktu itu. Kamipun bertemu dengan orang - orang yang kusebutkan di atas dan mengabadikan momen kebersamaan waktu itu yang kemudian kami lanjutkan naik ke Puncak Merapi. Kurang lebih 40 menit kamipun sampai di Puncak dan tidak berlama-lama kamipun turun mengingat asap sulfatara yang cukup tebal kala itu.
Perjalanan turun sesaat kami masih di pasir yang cukup tebal, kamipun bertemu BULE yang kami harap-harapkan, dengan modal bahasa Inggris secukupnya sayapun beranikan diri untuk berkenalan dan akhirnya minta untuk foto bersama, doaku terkabul kataku dalam hati. Usai itu kamipun kembali ke Pasar Bubrah dan di sana kami akhirnya bertemu dengan ke dua murid Danar Didik dan Yahzu Kaezi yang semalaman aku tunggu-tunggu. Bersyukur mereka berada di sekitar orang-orang yang sangat peduli, saya ucapkan terimakasih sekali dan mohon maaf tidak bisa mendampingi mereka selama perjalanan naik.
Kamipun turun ke basecamp sesaat setelah mengisi perut kami dengan bekal yang kami bawa dengan menyusuri terjalnya batu-batu merapi yang siap melukai pejalan kaki jika tidak hati-hati. Sampai di Basecamp pukul 1 siang hari dan bergegas kami rapi dan bersihkan tubuh kami dan say good bye dengan teman-teman shelter penggiat alam. Karena faktor lelah saya memboncengkan yahzu keizi di Salatiga karena ngantuk akupun oleng dan jatuh motor kami di tepi jalan, beruntung tidak masuk ke halaman orang waktu itu yang cukup tinggi juga sebenarnya. Alhamdulillah kami tidak apa-apa dan motor tetap on meski akhirnya harus tambal ban pula hahahahaha sebuah kelucuan yang serius menurutku kala itu.
Akhirnya hanya ucap syukurlah yang kami panjatkan hingga perjalanan kami selamat dan terjadi kendala dalam perjalanan buat kami adalah hal yang wajar, karena itu adalah cara kita untuk menjadi lebih dewasa yang akhirnya menambahkan banyak pengalaman.Terima kasih juga Shelter Penggiat Alam Bebas yang kala itu menjadi wadah kami buat menyambung tali silaturohiim hingga sekarang. Semoga kelak menjadi cerita buat anak dan cucuk kita nanti, aamiin.
OMG...thanks so much..sudah buat ini dalam sebuah tulisan. memories never back.hanya bisa dikenang.
BalasHapusso sad then Yazhu...
Hapus