Pendakian Gunung Lawu Via Jogorogo Part III - Jurang Mele, Nguras Air Mata
Dari pos I Wukir Bayi, kembali kaki kami melangkah untuk menyusuri jalan setapak yang kanan kirinya ditumbuhi ilalang-ilalang liar. Sesekali tangan kami berpegangan untuk menguatkan pijakan kaki agar tidak terperosok ke semak-semak yang tidak landai lagi. Seperempat jam kemudiian kami menemui aliran sungai yang sangat jernih. Gemericik di sela - sela bebatuan yang sedikit berlumut karena seringnya dialiri air dan tidak dijamah oleh manusia. Terkesan asri dan menyejukkan mata manakala mata kami memandang di sekitar dengan perdu-perdu yang menghijau. Sejenak kami mulai mengisi botol kosong yang sudah kami habiskan di Pos 1 tadi. Buat saya sendiri bukan hanya mengisi botol akan tetapi orang Jawa bilang NGOKOP hehehehe. Bukan hanya menghilangkan tenggorokan tetapi buat bekal perjalanan menuju ke Pos 2.
Menuju Pos 2 yang dikenal dengan nama NGUDAL ini tanaman yang tinggi-tinggi dan berukuran besar sering kita jumpai di jalur ini. Karena memang jalur yang memang jarang dilewati, jalur ini memang sedikit tertutup dengan rumput-rumput hijau yang tebal. Medan yang sudah mulai menguras tenaga membuat perjalanan kami sedikit terhambat pada saat itu. Matahari mengiri perjalanan semakin terik dan setiap kalinya ketemu dengan perdu yang rimbun kami singgahkan pantat kami untuk mengambil nafas dan mendapatkan asupan oksigen dari perdu-perdu yang rimbun.
Menuju Pos 2 kita melwati Jurang Mele. Selain teduh juga di sini sinyal hape daru semua jaringan sangat bagus untuk bisa berkomunikasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Jurang Mele ini merupakan dataran yang cukup nyaman untuk beristirahat, dan di sebelah kirinya terdapat jurang yang cukup terjal yang agak panjang, mungkin ini mengapa disebut dengan Jurang Mele. Perjalanan kami tempuh tanpa terburu-buru sehingga perjalanan kami memang cukup lama dengan durasi yang seharusnya bisa di tempuh 1,5 jam kami menempuhnya kurang lebih 2 jam.
Pos 2 Ngudal ini ada Shelter yang cukup sejuk untuk kita singgahi. Sementara itu di sisi lain shelter ini juga dekat dengan mata air dan jika kehabisan bekal air kita cukup berjalan ke arah sebelah kiri kurang lebih 5 menit kita akan ketemu aliran sungai yang sama dengan saat kita ketemu di setelah Pos 1. Sesaat kami singgah akhirnya perjalanan kami lanjutkan kembali untuk menuju ke Pos 3 yang di sebut dengan WATU KLOSO yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari Pos 2. Namun karena medan yang cukup menanjak dan cukup panjang akhir nya perjalanan kami juga tersendat, akan tetapi kami tetap enjoy menikmati setiap langkah kami.
POS 2 NGUDAL |
Dari basecamp kami sudah di wanti-wanti untuk sampai di Pos 3 Watu Kloso sebelum jan 12 siang, dan puji syukur kami sampai di Pos 3 pukul 11:00 WIB. Kami pun bergegas menuruni jalur menuju sungai yang berair jernih dan sudah mulai terdengar dari beberapa ratus meter dari jarak kami. Air yang jernih, dan sejuk kita dapati di sungai tersebut. Tanpa segan-segan saya sendiri langsung meminum air yang jernih dan segar serta lebih dingin dari kulkas di rumah rasanya. Kami serombongan mulai membuat masakan untuk makan siang kami dengan menu sarden, orek tempe dan beberapa lauk lain. Cukup lama kami berada di Watu Kloso dan kami sempatkan untuk sholat Dzuhur dan dijamak dengan Sholat Ashar. Hingga akhirnya kami pukul 13:30 keluar dari sungai dan beranjak ke Pos 3 sesungguhnya yang berada di bawah Tanjakan Ondo Rante. Salah satu temen kami tiba-tiba sandal japit nya putus dan diapun memutuskan untuk tidak memakai alas apapun.
Jujur saja di Pos 3 ini saya sebenarnya sudah penasaran dengan Tanjakan Ondo Rante yang katanya super kejam, dan teman saya bilang, jika di tanjakan ini lolos, maka gunung yang lain pun akan lebih mudah. Kepoku bertambah saat kami sebelum naik tanjakan berisitirahat sesaat untuk mengumpulkan tenaga sebelum melangkahkan kaki kami.
Pos 3 Wotu Kloso |
Pukul 15:00 tepat kami beranjak dari Pos 3 Watu Kloso menuju ke Pos 4 KUPATAN. Baru beberapa langkah dari tempat kami beristirahat, benar saja kami sudah disambut dengan batuan-batuan yang cukup besar sebagai pijakan kaki kami dan betul juga tanjakan ini selain kemiringan yang cukup sadis dan panjang betuuuuullll sangat menguras tenaga dengan beban di tas yang kami bawa. Sudah berjalan seharian dengan medan yang panjang dan di tiga per empat dari perjalanan disuguhkan medan yang super duper. Ini membuat saya hanya berharap untuk segera sampai Pos 4 Kupatan.
Waktu itu sudah 3 jam kami berjalan menyusuri Ondo Rante ini namun belum juga nongol itu papan Pos 4 Kupatan. Kurang ajarnya teman saya yang sudah tahu Pos 4 itu diam saja dan memang tidak berpapan hanya berupa dataran sempit untuk beristirahat sesaat. Sialnya lagi itu sudah lewat di beberapa tanjakan sebelum aku tanyakan. Dalam hati aku hanya bilang.... Kurang ajar ini teman njaluk di kepruki tenan iki. hahahahahaha........
Menjelang maghrib kami sampai di dataran yang cukup syahdu untuk rebahan sesaat sambil melihat rona-rona awan merah yang menandakan matahari akan tenggelam. Pohon-pohon pinus besar yang bekas kebakaran beberapa tahun silam yang memerahkan lereng lawu ini nampak berbeda dan ada kesan unik tersendiri. Di sisi lain saya dan teman-teman sudah mendambakan untuk segera mendirikan tenda untuk segera merebahkan badan kami yang sudah sangat kepayahan meskipun di sela-sela perjalanan kami sempilkan candaan untuk menghibur paras-paras wajah yang bermuka capek.
Di Atas Pos 4 Kupatan |
Pohon Pinus sisa-sisa kebakaran |
Hingga suatu ketika saya sendiri sudah benar-benar di ujung kesabaran untuk berjalan dan rasanya saat itu aku mau nyerah saja dengan keadaan karena jujur saja saat itu aku lapppaaarrr sangat serta kondisi usus-usus yang tidak terkendali lagi untuk menahan rasa lapar. Sayapun akhir nya bilang sama salah satu temen yang orangnya memang wak-wakan tapi menyenangkan.
Aku: Mas aku lapar aku tak mangan disek yoo...
Aldi : Lah ngarep kui loh wes dataran penak sedelok engkas teko nggon gawe ngedekke tendo
Aku: emoh-emohh aku ngeleh tenan re mas.
Aldi: yo wes mandek sek nak anu.
Akhirnya akupun mengganjal perutku dengan beberapa roti coklat yang aku bawa, kurang lebih setengah jam aku beristirahat di situ sambil mengumpulkan tenaga sebelum kami lanjutkan ke Pos 5 CEMORO LAWANG. Dalam perjalanan saya pun bilang sama temenku
Aku: Iki Pos 5 Cemoro Lawang masih jauh toh kak aldi
Aldi ; Ngarep kui loh mas wes dataran
Aku: tenan ora kui ora sah ngasih PHP
Aldi: tenanan mas nggon Dataran Tinggi.
Aku : ASUUUUU .... tenan kowe ki
Aldi ; Hahahahahaha.......
Itulah spontanitas ucapan yang memang jarang sekali aku ucapkan, namun semua memang berupa candaan dan akhirnya kami tertawa ngakak bersama. Dengan langkah yang masih gontai, akhirnya saya lah yang terkahir sampai di Cemoro Lawang pada pukul 19:30 an. Sementara teman-teman sudah membangun tenda dan hampir jadi, saya baru unthuk-unthuk di hajar tanjakan asuuuuu nya Ondo Rante Jogorogo. Tapi kami tetap hepppier kawan hehehehehehe.
Pukul 20:00 tenda saya sudah berdiri, aku sudah merasa bodo amat dengan teman yang di luar masak-masak menawarkan jajanan satu sama lain. Aku ambil SB dan kukenakan karena kabut malam itu juga cukup tebal dan mulai menusuk tulang-tulangku. Akupun ambil tayamum dan melaksankan sholat maghrib dan isyak yang aku jamak sekalian sebelum saya benar-benar terlelap dalam buaian SB yang cukup menghangatkanku.
Malam itu turun gerimis yang semakin membuat kami betah dalam tenda, dan dipertengahan malam akhirnya ada anak-anak mapala yang datang dan ikut bergabung dengan kami untuk camp di Pos 5 Cemoro Lawang. Oh ya Cemoro Lawang ini juga memiliki tempat yang luas untuk mendirikan tenda dengan teduhya pohon-pohon cemara yang besar dan tinggi membuat hunian kami terlindung dari rintikan hujan secara langsung serta sinar matahari di siang harinya.
Rencana kami akan summit pada pukul 04:00 WIB untuk mencari sun rise di puncaknya. Tetapi apa hendak dikata, ternyata kami bangun pukul 05:30 yang artinya sunrise pun sudah hampir menampakan wajahnya dengan kehangatan yang khas. Akupun bergegas untuk segera sholat subuh yang hampir habis waktunya. Benar saja saat keluar tenda di sebelah timur sudah ada rona-rona merah yang menyisip diatara ranting-ranting cemara.
Pos 5 Cemoro Lawang |
Pukul 06:00 kami melanjutkan perjalan tanpa beban karena tas dan tenda kami tinggal di Pos 5 dan hanya beberapa orang yang membawa day pack dan keril untuk membawa perbekalan untuk sepanjang perjalanan sebelum kami akan sarapan di warung Legenda Gunung Lawu di Mbok Yem. Kurang lebih seperempat jam kami sampai di Bulak Peperangan dan melihat banyak tenda para pendaki yang lewat jalur Candi Cetho. Ada beberapa yang melihat kami keluar dari balik bukit dan ada beberapa yang bertanya, dari jalur mana mas kalian naik. Kami hanya menjawab dari Ngawi bang.
Disambut jalur yang landai membuat langkah kami sedikit di percepat untuk sampai di Gupakan Menjangan yang saya idam-idamkan. Saya berharap full dengan air sehingga kami bisa minum dan menambahkan air dari sana untuk bekal sampai mbok yem nanti. Cekrak-cekrek di sepanjang jalur tidak lupa kami lakukan sebagai mengabadikan moment kami yang tentu tidak akan terlupakan. Tidak lama kemudian kami sampai di Gupakan Menjangan, dan benar saja Ranukumbolo mini ini penuh dengan air. Tidak jarang para pendaki untuk berpose di telaga yang jarang penuh dengan air ini.
Angin semilir mengiringi langkah kami untuk segera bergegas menuju persinggahan Mbok Yem untuk mengisi perut kami yang semakin keroncongan. Namun itu tertunda saat kami berada di Pasar Dieng karena saya sendiri mengingat tempat ini menjadi mula seseorang pendaki yang hilang di gunung Lawu dan hingga kini belum diketemukan. Beliau hilang dan tidur dalam hangat dekapan gunung Lawu yang entah sampai kapan akan dipertemukan. Semoga arwah beliau akan di abadi dikenang oleh para pendaki gunung Lawu untuk selalu berhati-hati dalam segala kondisi, apapun itu. Kami menyempatkan foto bersama dengan jejak si gundul dari Lamongan yang menjadi icon pendakian kami saat itu. Hehehehe.....
Pasar Dieng |
Pukul 08:30 kami sampai di Warung Mbok Yem dan segera kami memesan sebanyak 13 porsi nasi pecel dan susu putih anget. Makan di depan warung mbok yem rasanya memang sangat beda ditemani dengan pemandangan yang super duper cantik dilapisi awan-awan serta kabut tipis yang semaki mempesonakan mata. Pukul 09:00 kami mulai naik ke puncak Hargo Dumilah dan setibanya di sana kami pun bersama-sama mencari spot yang cantik untuk di abadikan. Tidak lupa kami foto bersama di tugu Kiky Hargo Dumilah.
Antri Makan |
Si Gundul dan Si Gondrong |
Pukul 17:00 WIB kami sampai di basecamp disambut dengan gerimis yang cukup menghilangkan rasa panas sepanjang perjalanan. Dan alhamdulillah ibu yang baik hati kami disambut pula dengan teh serta kopi panas untuk menghangatkan udara yang mendinginkan kami waktu itu. Sejenak rehat sambil cekrak-cekrek kami lanjutkan turun untuk ke rumah teman sebagai persinggahan terkahir kami. Sama-sama kami memutuskan untuk segera lanjut pulang ke daerah kami masing-masing karena besoknya sama-sama kerja. Pukul 20:00 we have to say good bye to each other and has planning to meet in another time.
Rumah salah satu Teman, See You Next Time |
Bagus sekali ceritanya....👍👌, Jadi pengen kesana, tapi apakah mungkin Saya yg sudah 36 ini nanjak di Ondo rante? sudahlah...😄
BalasHapus