Cerita Misteri Ratu Penunggu Gunung Ungaran
Pendakian gunung Ungaran via Gedong Songo terbilang sangat jarang dilakukan oleh para pendaki. Kecuali warga di lereng Gunung Ungaran bagian selatan yang bermukim di daerah Bandungan dan sekitarnya. Mereka adalah warga yang mencari kayu bakar atau mencari rumput buat pakan ternaknya. Dari sisi medan pendakian jalur ini memiliki jalur yang komplit, tanjakan tajam, semak belukar dengan rumput yang setinggi manusia, serta jalan datar di beberapa tempat yang membuat perjalanan menjadi enak, dan satu lagi jalur ini masih asri dan hutan yang lebat jadi sepanjang jalan cukup sejuk.
Disisi lain buat saya pendakian di jalur ini cukup dengan hawa mistisnya. Di mulai dari Pos satu yang cukup datar. Di sini hawa mistis sangat terasa saat saya beristirahat yang berdekatan dengan pohon yang berlubang. Seolah-olah di situ banyak sekali mata-mata berkeliaran yang menatap ke arah kami saat itu.
Pos 1 |
Kemudian menyusuri kembali naik kurang lebih 500 meter kembali dipertemukan dengan pohon pintu yang cukup besar. Pohon ini memiliki ketinggian lebih dari 100 meter dengan ukuran yang cukup besar ada salah satu akar pohon tersebut menggelantung dan membentuk seperti pintu. Para pendaki biasanya melewati bawah akar pohon tersebut dan sedikit menunduk bagi mereka yang memiliki badan yang tinggi. Hawa mistis sangat terasa pada malam hari atau jelang maghrib. Dimana pohon ini cukup berdiri tegak diantara perdu yang lain. Selain itu pohon ini memiliki lumut yang sangat tebal. Lumut-lumut itu juga menyuburkan tanaman lain seperti anggrek gunung yang menempel semakin rimbun sehingga menambah angker jika melewati pohon ini.
Pohon Pintu |
Tempat yang lain adalah di pertigaan arah puncak Botak dan ke puncak Benteng Rider. Tempatnya cukup datar dan jika hujan cukup banyak digenangi air sehingga tidak cocok untuk mendirikan tenda. Di sekeliling tempat itu juga pohon-pohon nampak lebat dan dan rumput liar berduri menghalangi jalan buat pendakian. Terlebih jika saat musim hujan tempat ini menjadi licin dan berlumpur.
Seperti kisah mistis yang saya alami saat itu, begini ceritanya:
Sebagai Pembina Pramuka di SMK kami, kami setiap akhir semester mengadakan pengambilan ambalan dan kali itu saya bersama pelatih Pramuka mengadakan pengambilan ambalan LAKSANA khususnya. Kami mengadakan kegiatan bersama guru-guru yang lain termasuk kepala sekolah.
Perjalanan kami mulai pada siang hari, peserta terbagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6-8 orang putra dan putri. Pada awal pendakian semua aman meskipun tertatih-tatih untuk mencapai puncaknya. Kejadian mistis itu terjadi pada saat siswa kami menuruni jalur pada saat akan kembali ke candi Gedong Songo. Karena faktor lelah, ngantuk salah satu siswa kami kurang konsentrasi dan terkadang melamun. Dia terpeleset dan jatuh, dan saat itu sempat tidak sadarkan diri beberapa saat. Setelah tersadar yang terjadi adalah dia bukan dia yang asli. Sepertinya kesurupan, suaranya yang tadi biasa saat itu berubah menjadi suara wanita tua yang tertawanya terkekeh-kekeh. Kamipun berusaha untuk memberikan pertolongan sebisa kami yang pada akhirnya bisa diajak komunikasi. Saat menjadi perempuan tua itu dia bilang kalau dia penjaga hutan gunung Ungaran, kata dia lagi dia tidak mau di usik dengan kedatangan kami yang tidak sopan dan kami di suruh segera pergi.
Kami membacakan ayat-ayat al-qur'an waktu itu untuk mengusir si penunggu gunung Ungaran tersebut. Cukup lama kami untuk mencoba menyadarkan murid kami. Hingga akhirnya dia setengah sadar kamipun bergegas untuk mengajak untuk segera turun. Sambil di papah kami menuruni setiap jalan. Terus terang kami juga mengalami kwalahan pada saat itu karena perlengkapan savety yang kurang memadahi. Dengan berjalannya waktu akhirnya kami sampai di candi Gedong Songo sekitar pukul 14:00 dan kamipun segera membersihkan tubuhnya yang dibantu siswa perempuan untuk segera kami bawa pulang ke kota Demak.
Singkat cerita akhirnya sampai rumah, siswa tersebut kembali tidak sadarkan diri bukan hanya satu jam atau dua jam akan tetapi hampir dua bulan dia mengalami koma. Setelah ditelisik oleh orang pintar ia berkata ini anaknya di singgahi penunggu gunung Ungaran hingga sama sekali tidak sadar. Kemudian anak di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak dan langsung masuk ke ruang ICCU. Keluarga kemudian mendatangi sekolah kami khusunya menghadap ke kepala sekolah. Pihak keluarga menceritakan apa yang di dapat dari orang pintar tersebut. Salah satu jalan yang harus ditempuh harus kembali ke gunung Ungaran dimana ia terpeleset untuk mengambil tanah dan sebagai syarat penyembuhan kata orang tersebut.
Kepala sekolah memanggil saya dengan apa yang disampaikan oleh pihak keluarga tersebut. Sebagai pembina Pramuka akhirnya ditunjukklah saya untuk mengantar kedua orang pintar tersebut ke gunung Ungaran. Saya sendiri minta ditemani salah satu guru untuk mengantarkan mereka naik ke gunung Ungaran. Kami naik sepeda motor berempat. Setelah sampai di Candi Gedong Songo kurang lebih pukul satu siang dan saya menyampaikan kondisi perjalanan yang akan kami tempuh untuk sampai di tempat dimana anak terjatuh. Setelah disepakati, setelah makan siang kami bergerak untuk mendaki gunung Ungaran.
Hujan rintik menyambut kami saat mulai menapaki jalan setapak yang mulai licin terguyur air hujan. Dalam hati sebenarnya saya tersenyum melihat keinginan kedua orang pintar tersebut karena memang baru kali itu mereka naik gunung dan belum paham medan sama sekali. Berbekal dua botol 1,5 liter air mineral yang ditenteng mereka berjalan cepat di awalnya. Namun seiring berjalannya waktu kondisi sangat sulit buat mereka untuk bergerak saat sudah merasakan hawa dingin gunung Ungaran. Mereka menggigil, selalu menanyakan tempat yang di tuju. Belum sampai pos 1 dia mereka sudah kehabisan tenaga. Kalau dihitung-hitung lebih banyak istirahatnya dibanding berjalannya. Untuk mencapai pos 1 kami berjalan hampir 2 jam lebih yang seharusnya dengan jalan normal biasanya hanya kami tempuh 1 jam an.
Di pos 1 kami berhenti untuk istirahat, dan disitulah sudah hampir pukul 5 sore suasana gerimis, hutan yang lebat dan kondisi badan sudah mulai kedinginan karena kami hanya pakai mantol plastik untuk melindungi dari hujan. Mereka akhirnya putuskan untuk berkomunikasi dengan penunggu gunung Ungaran dari Pos 1. Mereka duduk bersila menghadap pohon growong sambil komat-kamit membaca doa (Mungkin). Kurang lebih seperempat jam mereka berkomunikasi dengan penunggu gunung Ungaran yang diakhiri dengan mengambil segenggam tanah yang kemudian dimasukkan ke dalam plastik untuk di bawa turun. Saya di belakang hanya mengamati dan tersenyum picik (ih jahat banget kali ya aku, hehehehe). Karena sebesar apapun semangat kita namun kondisi fisik yang terkalahkan dengan keadaan akhirnya menyerah juga. Aku hanya mengiyakan dengan ucapan mereka dan selalu menuruti keinginan beliau karena memang itu menjadi bentuk tanggung jawab saya mewakili sekolah untuk memenuhi permintaannya.
Pos 1 Sisi Pohon Growong |
Di warung makan saat sudah kembali di Gedong Songo kami menghangatkan tubuh kami dengan teh panas. Lalu saya mendekati mereka dan segera ingin mengerti hasil pembicaraan mereka. Mereka bercerita di pos 1 tersebut sudah banyak mahluk mahluk halus yang bergentanyangan dari anak kecil klantung, kakek-kakek berjenggot putih, mbak kunti dan penghuni lain. Maaf saya tidak bisa melihat kehadiran mereka penghuni mahluk halus, namun saya bisa merasakan aura mistis suatu tempat yang di diami oleh penghuni tersebut. Lantas salah satu dari mereka bercerita bahwa dia berkomunikasi dengan nenek ratu penghuni Gunung Ungaran. Ratu tersebut memakai pakaian serba putih yang kepalanya bersanggul layaknya ratu dari sebuah kerajaan. Ratu tersebut katanya bilang jika gadis itu ingin sembuh maka di suruh untuk memandikan dengan tanah yang di bawa dari tempat kami, jika tidak maka tidak akan tertolong kata si ratu tersebut.
Saya dan teman hanya bisa manggut-manggut mendengarkan cerita yang panjang dan lebar. Namun di sela-sela itu saya sempat ngguyoni (bercanda) sama mereka, saya sampaikan "Katanya harus di tempat jatuhnya si anak" kenapa hanya sampai pos 1 pak???
Bapaknya menjawab," owalah mas-mas aku yo gak eruh kok awakku kabeh rasane abot lan angel mlakune, padahal soko ngisor awakku biasa wae, lan pas mlebu alase sekabehane kok dadi lemes dumes dengan logat bahasa jawa nya yang medok yang artinya, "Owalah mas-mas aku juga gak tahu kenapa badan tiba-tiba lemes padahal dari bawah sudah semangat. Namun saat masuk hutan gunung Ungaran semua jadi berubah lemas dan tidak kuat untuk berjalan.
Saat itu saya hanya bilang mungkin karena belum terbiasa naik gunung dan tergesa-gesa untuk sampai tujuan mengejar target supaya sebelum malam sudah kembali lagi ke Demak, hehehehe. Merekapun hanya mengiyakan saja.
Sebelum menapaki tanjakan tanpa assalamu'alaikum yang cukup menguras tenaga |
Siswa tersebut akhirnya bisa kembali ke sekolah bersama teman-temannya sampai lulus dari SMK kami pada jurusan akutansi. Kami selalu bersyukur bahwa setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan pula, dan saat kita berusaha dengan sungguh-sungguh, Allah tidak pernah menutup mata dengan apa yang sudah kita usahakan dan diihtiarkan dalam doa kami.