Pendakian Gunung Merbabu Via Selo Tahun 2022
Mengejarkan kaki yang sudah sekian bulan tidak menapaki tanah pegunungan, akhirnya kesempatan itu datang menghampiriku. Kesempatan yang tepat untuk mengulang kembali pendakian Gunung Merbabu Via Selo yang menjadi jalur favorit bagi para pengelana. Sebelum benar-benar mendaratkan kaki ke sana saya memastikan quota pendakiannya. Pada awalnya mau mengambil weekend days, namun setelah melihat quota penuh dan pindah haluan ke weekday tepatnya hari Jumat minggu terakhir bulan Agustus 2022. Pun waktu kami sampai basecamp quota pendakian juga sudah penuh.
Ada beberapa regulasi baru pada jalur pendakian Gunung Merbabu via Basecamp Selo setelah pandemi Covid 19.
1. Sistem pendakian dengan Booking Online
2. Quota pendakian perhari kurang lebih 200 orang
3. Pendakian minimal 3 orang dan jika hanya 1 atau 2 orang wajib menggunakan jasa guide lokal.
4. Tiket masuk lokasi wisata Rp 15.000
5. Tiket pendakian weekday Rp 17.000 dan Tiket Weekend Rp 28.500 dan tiket ranger Rp 15.000/3 org
6. Disediakan trashbag untuk membawa sampah kembali turun.
7. Pendakian di buka pukul 08:00 WIB dan tutup pukul 16:00 WIB
Sebenarnya masih ada beberapa peraturan yang harus di taati selama pendakian. Semua tentu untuk sebuah kenyamanan para pendaki sehingga Gunung Merbabu pada jalur Selo ini tetap terjaga kebersihannya.
Well, awalnya saya mendaftarkan untuk 5 orang dalam pendakian ini, namun karena berbagai hal 3 orang dari pendakian awal mereka skip. Tinggalah kami berdua dalam pendakian ini namun pembayara tetap berlima. Hehehehehe.... its okay buat saya dan teman saya kak Irhas.
Kami sampai di basecamp pada pukul 15.00 WIB, alhamdulillah kami ditempatkan basecampnya mas Ari yang sekaligus banyak membantu selama pendakian. Kami mengawali dengan registrasi ke kantor TNGM untuk mengisi formulir yang sudah disediakan oleh balai TNGM. Kemudian kami meninggalkan identitas diri sebagai jaminan selama pendakian bila terjadi sesuatu selama pendakian.
Setelahnya kami pun mulai packing barang-barang yang kami perlukan selama pendakian dan yang selebihnya kami titipkan di basecamp supaya tidak memberatkan dalam perjalanan kami. Beruntung kami waktu itu bertemu dengan satu rombongan pendakian dari kota Kudus yang berjumlah 16 orang dari perusahaan BUMN yang memiliki hobi mendaki. Kami mengawali pendakian pada pukul 15:30 dari basecamp.
Perjalanan kami disambut dengan tanaman yang masih menghijau sedikit berkabut. Sejuk terasa udara pegunungan ini menyapa pori-pori kami. Segar juga terasa dalam pernafasan kami yang sebelumnya memang di tautkan dengan jumlah pekerjaan yang menyelimuti kinerja otak kami. Satu dua langkah kami mengayunkan kaki kami untuk memposisikan tubuh kami pada ketinggian. Nafas awal kami agak terengah saat beradaptasi dengan perjalanan, meski tidak terlalu buru-buru kami sedikit merapatkan langkah kami sehingga tidak terlalu kemalaman saat mendirikan tenda di Sabana 1 sebagai rencana awal kami.
Kebersamaan kami dengan pendaki dari Kudus akhirnya ambyar di tengah perjalanan, dengan mereka kami terpisah dan kami izin untuk berjalan lebih awal. Di Pos 1 hari sudah mulai meredup tertangkap di layar HP kami sudah menunjukkan pukul 17:00 yang menandakan mentari sudah berajak ke peraduannya. Kami istirahat sejenak untuk mengisi kantung perut kami dengan beberapa cemilan dan kami dorong dengan air mineral yang terasa seperti baru keluar dari kulkas. Berrrrrrrrrrrrrrrr.... dingin dan seger banget menyusuri kerongkongan yang sedikit mengering. Oh ya pendakian kali ini saya di sangoni (di bawakan) buah sri kaya yang rasanya sangat manis dan menyegarkan sehingga bisa mengurangi mengonsumsi air mineral.
Kami melanjutkan perjalanan kami dari pos 1 pada jelang maghrib dan senter sudah mulai kami nyalakan. Langit jingga di ufuk barat membayangi tatapan kami yang menengadah setiap melihat tanjakan-tanjakan yang masih bersahabt untuk menuju pos 2. Sesekali kami menyandarkan badan kami pada bahu-bahu jalan saat rasa pegel yang menyelinap di antara tulang-tulang punggung. Bersosialisai dengan debu-debu kemarau membuat kami sedikit meringankan injakan kaki untuk tidak menerbangkan debu bersama angin malam yang mulai menyapa kami.
Pukul 18:15 menit kami sampai di pos 2. Saat sampai di pos 2 ekspektasi tidak sesuai dengan yang aku harapkan karena shelter yang sudah menghilang dan kami hanya melintas untuk melanjutkan ke pos 3. Jalur menuju ke pos 3 pun juga berbeda kalau dahulu terakhir pendakian kami pada tahun 2018 an masih di jalur air kini jalur di buat mengarah ke punggungan bukit sehingga jika musim hujan tidak terganggu dengan jalur airnya.
Beberapa kali break akhirnya kami sampai di Pos 3 Watu Tulis pada pukul 19: 20 menit. Kemudia kami berdiskusi mau lanjut atau mau camp di Pos 3. Dengan berbagai pertimbangan kami memutuskan untuk mendirikan dan istirahat di Pos 3. Pukul 19:40 kami selesai mendirikan tenda dan kami menghangatkan tubuh dengan meneguk susu hangat di temani dengan makanan tradisional yakni LEMPER. Cukup kenyang dengan berbagai cemilan, kami putuskan untuk sholat Maghrib dan Isyak yang kami jamak dengan menyucikan diri secara tayamum. Kami berdiskusi untuk summit pagi harinya dan di putuskan pukul 03:00 untuk mulai summit. Kemudian kami putuskan untuk rehat mengembalikan tenaga yang sudah terkuras selama perjalanan sebelumnya.
Pukul 02:30 alarm sudah berbunyi, namun jika boleh jujur saya kurang bisa begitu nyenyak tidurnya hehehe. Udara yang dingin meski tubuh sudah dibalut dengan SB tebal tetap saja rasa dingin itu menyerang setiap sendi-sendi kami. Ahhh buallll kami terus menyingkirkan kantuk yang masih saja melekat pada mata-mata merah kami. Kami melekatkan jari di ujung mata untuk mengambil kotoran-kotoran kecil dan berusaha untuk menyadarkan otak kami menuju 100% untuk menyiapkan summit kami.
Bekal untuk summit sudah kami siapkan tinggal melangkah dengan sepatu kusam kami yang terasa beku saat di pakai karena sisa embun semalam. Namun perlahan embun itu menepi dan terserap dengan debu-debu saat kami menaiki tanjakan yang terjal untuk menuju Sabana Satu. Aku hanya ingat pesan Mas Ari pengelola basecamp dan sekaligus ranger gunung Merbabu, jika tiba di tanjakan menuju Sabana 1 silahkan mengambil jalur paling kanan sehingga tidak terjebak dengan jalur yang tidak bersahabat jika mengambil tengah atau paling kiri. Karena memang jalur untuk menuju Sabana 1 sangat banyak. Benar saja kami mengambil jalur tersebut dan memang bersahabat untuk perjalanan. Ditambah lagi kami tidak membawa bekal terlalu banyak sehingga meringankan kaki kami untuk menaiki ke tujuan kami.
Sabana 1 membutuhkan waktu 40 menit saat kami mulai mendengar lantunan Al-Qur'an di kaki gunung Merbabu untuk menyambut subuh hari. Sambil menyapa dan permisi pada penghuni Sabana 1 kami tetap menapakkan kaki kami untuk menuju ke Sabana 2. Gundukan bukit di depan kami terasa menyambut kedatangan kami dengan aroma bunga Edelwis yang sedang mekar-mekarnya. Ingin aku memetiknya namun tetap aku jaga niatku dan cukup menciumnya saja. Pun sudah puas rasanya untuk setiap bertemu dengan bunga abadi gunung Merbabu ini. Tidak membutuhkan waktu yang lama di belakang kami sudah mula terlihat bias-bias senter pagi yang mengikuti summit kami. Seneng rasanya melihat kilauan itu dan aku tuh orang nya sedikit baper jadi kalau ada moment yang sedikit mengena pasti aku terharu hehehehe.
Fajar Menyingsing |
Di Sabana 2 tampak sunyi hanya 3 tenda yang berdiri di sana. Ku tautkan kalimat untuk permisi dan ditanggapi oleh penghuninya yang berkata "Summit Bang" kami jawab bersama iyaa bang. Pukul 04:15 kami melalu sabana nya dan mencoba mengingat jalur yang dulu pernah kami lalui saat tahun 2018. Semesta nampaknya menyuruhku untuk melewati jalur lama yang belum pernah aku lalui. Karena waktu yang masih pagi buta dan jalur memang tidak terlihat, jalur ini sebenarnya lebih terjal dan panjang di hingga kami sampai di Puncak Merbabu. Namun di pertengahan jalur ini kami bertemu dengan Watu Lumpang yang mirip di Puncak Kenteng Songo, akan tetapi hanya 1 buah. Di sinipun kami beristirahat sambil makan jajanan kami. Sejenak pendaki yang lain pun datang yang mereka mengaku dari Jakarta dan di temani sama pakde Ranger, beliau menjelaskan tentang keberadaan Watu Lumpang tadi yang saat ini di kelilingi pagar yang berantai agar sedikit lebih aman dari tangan-tangan jail yang tidak terpantau.
Setapak demi setapak kami menaiki tanjakan yang semakin terjal dan di bawah mulai dikumandangkan adzan subuh yang saling bersahutan. Di ufuk timur sudah mulai tampak fajar menyingsing yang lambat laun semakin cerah. Moment-moment krusial yang hanya sesaat kami abadikan dengan ponsel kami tentu kami tidak ingin merugi dengan moment ini hehehe. Sementara kaki kami terus berpijak dan kemudian kami mencari lokasi yang sedikit datar untuk kami menundukkan kepada Yang Maha Kuasa Kami biar komunikasi dan permintaan kami pagi itu terkabulkan.
Godaan Merapi Untuk Tetap Memandangnya |
Usai sholat subuh kami memilih jalan berbeda dengan pendaki di belakang kami, mereka mengambil arah kanan dan kami memilih lurus karena memang tujuan kami adalah Puncak Trianggulasi. Tidak selang lama kami sudah disuguhkan penampakan Gunung Merapi di belakang kami. Pagi itu cuaca sangat cerah sehingga nampak jelas sekali senyuman Gunung Merapi itu kepada kami, kalau boleh saya berkelakar pasti dia kangen sama saya yang sudah 4 tahun tidak mengunjungi nya hehehe. Karena masih erupsi kami hanya bisa menahan untuk bertemu langsung dengan Merapi hanya say hello dari kejauhan rasanya sudah sangat cukup untuk saat ini.
Pukul 05:30 kami sudah sampai di Puncak sesuai dengan prediksi kami. Seolah puncak Trianggulasi hanya milik kami karena memang belum ada orang sama sekali. Udara yang sangat dingin kami tidak berhenti bergerak untuk menciptakan rasa hangat dalam tubuh kami. Tentu kami mengeluarkan kamera dan hp yang kami bawa untuk mengabadikan moment tersebut. Tidak menunggu waktu lama Sun Rise nya yang kami tunggu-tunggu muncul. Seolah burung-burung yang berkicau di bawah juga bersama menyambut hangatnya sang mentari pagi itu. Setelah rasa hangat kami dapatkan kami putuskan untuk mengisi perut kami yang sudah mulai terusik dengan kata LAPAR dan kata kak Irhas kita KURANG ASUPAN pak hehehehe. Sarapan kami nasi bungkus sama telur ceplok yang super dingin. Akan tetapi tetap habis tersantap tak bersisa.
Sun Rise Time |
Gunung Merapi dari Puncak Trianggulasi |
Kemudian di penghujung waktu kami menyempatkan ke jalur pendakian Suwanting untuk mengambil Sabana yang sangat aestetik yang berlatar belakang beberapa gunung di sebelah barat nya. Bertemu dengan pendaki lain terutama dari pekalongan akhirnya kami saling tukar nomor kontak karena ada foto yang saling di titipkan untuk kami kirim saat kami sudah di bawah. Setelah dirasa cukup kami memutuskan untuk kembali ke tempat camp di Pos 3. Pukul 07:30 kami start dari Puncak dan akhirnya kami memilih jalur baru yang menuju ke Sabana 2 yang relatif lebih singkat. Pukul 08:40 kami sudah sampai di Pos 3 dan segera kami berkemas untuk melanjutkan turun ke basecamp.
Istirahat sambil berkemas barang kami lakukan dan pada pukul 09:15 kami mulai bergerak turun. Dalam perjalanan kami di atara pos 2 dan pos pos 1 kami bertemu dengan penghuni Merbabu yakni Monyet Hitam yang bergelantungan untuk menikmati sarapan mereka. Serta bertemu sepasang Elang Jawa yang terbang dengan kepakan sayap yang cukup lebar terbentang. Mereka berayun menghiasi hutan Merbabu dan memekikkan suaranya yang seolah menjadi kawasannya untuk menatap binatang yang akan di santap buat pengisi perutnya. Perjalanan turun kami di semangati oleh para pendaki lain yang cukup banyak dan datang dari berbagai kota baik Jawa Tengah, Jawa Barat atau Jawa Timur. Sempat bertemu bule juga dari Norwegia hanya dua orang yang tektok Merbabu pagi itu.
Pukul 11:40 kami sampai di basecamp, dan kami menemui petugas sebagai bentuk laporan dan tanggungjawab kami terhadap sampah yang kami bawa. Setelah di teliti kamipun lolos dan tidak di kenakan denda jika melanggar beberapa item yang tidak terbawa. Kemudia kami pamit dan menuju ke basecamp Mas Ari untuk kemudian kami pun pulang ke rumah. Dan alhamdulillah pukul 17:00 sore hari kami sudah sampai di rumah kami masing-masing dengan selamat. Alhamdulillah juga perjalanan sesuai dengan harapan, dapat view cerah, selamat dalam perjalanan dan bisa menambah teman tentunya. Terimakasih kepada seluruh pengelola TNG Merbabu yang telah memfasilitasi kami sehingga pendakian kami berjalan aman, lancar dan tertib.
Jalur Suwanting |
Wih mantapp pak adii semoga bisa jalur ke merbabu
BalasHapusHehehe siap siap bang dan di aminkan saja njeh
HapusMantap. ......Alam itu memang indah
BalasHapusSuwun njeh untuk semua komen nya, mungkin ada masukan buat tulisan ini?
BalasHapus