Lautan Awan di Puncak Gunung Sindoro
Gunung Sindoro atau Sundoro merupakan gunung api yang masih aktif dan memiliki ketinggian 3150 MDPL. Gunung Sindoro ini berada di dua kabupaten yakni kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Untuk menggapai puncaknya ada beberapa basecamp yang membuka jalur pendakian seperti, basecamp Kledung, Alang-Alang Sewu, Ndoro Arum, Tambi dan Sigedang (Boleh ditambahkan di kolom komentar jika ada yang kurang ya teman-teman).
Sudah Full Parkiran Motornya |
Terakhir mendaki gunung Sindoro via Kledung atau Grasindo pada tahun 2018. Basecamp Kledung Grasindo sendiri berada di Jalan Walisongo 1 Rt 08 Rw 03 Keldung, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Menggugah keinginanku kembali untuk mencoba jalur ini. Setelah fix persiapan dengan segala perlengkapannya, kami kemas untuk pendakian gunung Sindoro via Grasindo Kledung. Alhamdulillah ada teman-teman lama untuk reunian.
Perjalanan kami mulai pukul 09:30 pagi dan kami sepakat naik ojek. Harga Rp 25.000 bisa memangkas waktu kurang lebih 1,5 jam dan kita diantarkan hingga Pos 1 dan Pos 2. Namun ada juga jasa ojek dengan harga Rp 40.000 dan diantarkan hingga di bawah Pos 2. Kang ojek yang ugal-ugalan menurut saya si hehehe tapi seru juga, mempercepat gerak kami diiringi gelak tawa kami antara takut dan seneng jadi satu. Setelah kami berenam turun dari ojek, berdoa untuk keselamatan kami di pendakian dan tentu cuaca yang cerah yang kami harapkan. Ehh satu lagi doa kami, semoga tidak ada serangan si BAGAS. Sebagai rencana awal akan mendirikan camp di Sun Rise Camp tepatnya di atas Pos 3.
Puncak musim kemarau debu yang tebal menyambut perjalanan kami. Masker atau buff sudah kami kenakan tetap saja tembus apalagi saat ada ojek yang lewat, kami menjauh untuk menghindari serangan debu-debu yang super tebal. Kurang lebih 20 menit kami sampai Pos 2. Cuaca yang panas membuat kami mencari tempat yang teduh untuk beristirahat. Eh di Pos 2 malah ketemu orang-orang Wonogiri dan nawarin melon, wah tanpa malu-malu ambil tuh melon sampai dua sisir hehehe. Seger seperti keluar dari kulkas rasanya jika makan buah di gunung itu, apalagi rasa kari, wah tiada tanding rasanya.
Lanjut menuju pos dua hutan masih rapet, dan jalur yang tentu semakin terjal dan berbatu. Sesekali merangkak dan berpegangan dahan, ranting atau akar pohon di sepanjang jalur. Batu-batu terjal juga tidak luput dari gapaian tangan kami untuk mempercepat menuju ke Pos 3. Beruntungnya menjelang siang itu cuaca mendung dan menjadi sahabat dalam perjalanan kami.
Ketemu beberapa pendaki yang turun dan memberitahukan jika Sun Rise Camp sudah penuh tenda karena memang ada open trip yang cukup ramai. Kami memutuskan untuk mengubah rencana untuk mendirikan di Pos 3. Pukul 12:30 saya bertiga lebih awal untuk sampai di Pos 3, cekrek dulu untuk dokumentasi hehehe. Sementara teman tiga yang lain masih di belakang karena memang membawa bekal di atas rata-rata hehehe. Beruntungnya kami yang membawa tenda dan setelah sedikit rehat kami mendirikan tenda di sebelah kiri jalur pendakian sedikit ke atas dari warung pos 3.
Pos 3, Krupuke gak Nguati |
Tidak lama setelah tenda berdiri tiga teman yang lain sudah sampai dan siang itu mulai gerimis rintik-rintik. Kami masuk tenda dan sembari makan siang yang sudah telat hehe, ada pula yang menyeduh kopi asli dari kendal. Ikut nyruput rasa nya memang mantap, tetapi efeknya mata tidak bisa dipejamkan. Gerimis semakin deras saja sore itu, hingga akhirnya kami pasang Fly Sheet untuk memberikan rasa aman dan nyaman jika hujan semakin deras.
Diantara rehat siang sampai malam tetap kita menjalankan kewajiban kita, juga candaan untuk menghilangkan kegabutan haqiqi saat HP tidak ada sinyal Eh malah ada yang candid juga tuh ciwik ciwik cantik buat perbincangan hangat kami. Hahahaha
Seksi Permasakan dan Perlogistikan |
Singkat cerita kami rehat malam itu sangat nyaman, meski dengkuran dari tenda sebelah cukup keras, eh malah kebetulan yakk bisa mengusir si Bagas supaya tidak mengendus tenda-tenda kami.
Pukul 02:30 dini hari kami bangun untuk persiapan summit attack dan pukul 03:00 kami mulai summit ke puncak Sindoro. Melewati Sun Rise Camp ternyata tenda berjejal bahkan jalur pendakian juga sedikit terganggu dengan tali tali tenda. Adzan subuh kami sampai di area Watu Tatah, tidak lupa untuk sholat sebelum melanjutkan perjalanan. Udah ramai di area ini untuk mengabadikan moment menjelang sun rise. Sembari melangkahkan kaki dan dokumentasi tetap jalan hingga sun rise kami sudah berada di atas Watu Tatah.
Di sini kami disuguhkan matahari yang cantik serta awan kinton yang tebal di depan seolah seperti kasur untuk rebahan dikala badan ini lelah. Semakin meninggi mentari semakin memutih pula awan kinton yang menutupi setengah badan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dan hampir seluruhnya rata dengan awan kinton pagi itu. Gunung-gunung yang biasanya terlihat dari Sindoro, Merbabu, Merapi, Ungaran, Prahu dan Slamet semua hanya nampak sebagian dan nampaklah LAUTAN AWAN pagi itu.
Puncaknya kami sampai di Kawah Sindoro pada pukul 07:00 yang sudah penuh dengan pendaki untuk mengabadikan momen di papan Grasindo. Karena saya sendiri tidak tahan dengan asap belerang akhirnya kami memutar untuk ke Pasir Ombo atau lapangan yang digunakan untuk upacara 17 Agustus dan sebagai puncanya dari Basecamp Ndoroarum.
Puncak Ndoro Arum |
Dokumentasi komplit, pukul 08:20 kami putuskan untuk kembali ke tenda dan mau ambil video dan gambar di Icon Sindoro di Watu Tatah. Namun alangkah sabarnya kami ternyata antrean untuk berpose di watu tatah sudah mengular dan GAGAL TOTAL. Tidak mau ambil pusing area watu tatah yang lain yang di eksplor pun tidak kalah cantiknya kok. Hehehe.
Sampai di tenda kami memasak nasi, oseng pare dan pete, nugget, tempe serta sayur sop untuk makan siang sebelum kami turun. Finish all, kami kemas-kemas dan start perjalan turun pukul 13:00. Sengaja tidak naik ojek hanya untuk foto di Pintu Rimba meskipun berkabut tebal. Pukl 15:00 kami sampai di basecamp dan check out segera. Karena kamar mandi penuh dan kami membersihkan diri di Pom Bensin
Watu Tatah Area |